Jumat, 30 Desember 2011

Kekuatan Pribadi: Kunci Kesuksesan

Semua orang ingin mencapai kesuksesan, akan tetapi hanya sedikit yang tahu bagaimana caranya untuk sampai ke sana. Salah satu kunci untuk mencapainya adalah kekuatan pribadi (personality power). Bekal pertama yang harus Anda miliki dalam rangka membangkitkan kekuatan untuk dipergunakan menapaki perjalanan mencapai kesuksesan adalah keterampilan teknis, agar Anda mampu melaksanakan pekerjaan pada bidang-bidang tertentu. Setelah itu Anda harus memiliki keterampilan manajerial, yaitu keterampilan konseptual untuk memanfaatkan berbagai macam sarana dan fasilitas yang menjadi pendukung bidang pekerjaan Anda. Jangan lupakan pula keterampilan interpersonal, yang dapat diperlihatkan secara nyata dalam mengadakan kerjasama, bernegosiasi, melobi, membangun jaringan kerja, dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan di atas barangkali sudah diketahui dengan baik. Namun ada dua hal yang acap kali dilupakan; yaitu hadir dengan citra diri yang benar (right image) dan kekuatan pribadi secara optimal. Kekuatan pribadi berkaitan dengan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Langkah pertama adalah bagaimana mempengaruhi orang lain langsung pada pandangan pertama. Perlihatkan perhatian yang tulus kepada orang-orang dan lingkungan di sekitar Anda. Hal ini dapat menjadi pendorong timbulnya kekuatan untuk selalu bersikap positif dan tampil dengan kesan yang menyenangkan. Arahkan orang lain agar betul-betul memperhatikan Anda, sehingga mereka berkeinginan untuk mengenal dan mengetahui diri Anda lebih jauh. Hilangkan kesan bahwa Anda berada di bawah orang lain, walaupun secara struktural barangkali Anda memang berada di bawah orang-orang tertentu. Gunakan teknik penyamarataan (leveler technique) yang meminimalkan "kepatuhan". Pada dasarnya kepatuhan tidak dapat hilang sama sekali, dan kenyataannya Anda memang perlu memiliki kepatuhan terhadap beberapa orang pada posisi-posisi tertentu. Namun Anda selalu siap dengan berbagai usulan dan inisiatif membuat Anda dapat meminimalkan kepatuhan. Perlihatkan kemampuan untuk mengajukan pemikiran sendiri, sehingga membuat Anda mampu menempatkan diri sejajar dengan orang lain. Buat orang lain ingin melakukan sesuatu untuk Anda. Untuk dapat memiliki kekuatan ini, taruh kepercayaan kepada orang lain, dan perlihatkan secara nyata bahwa Anda yakin mereka mampu melakukan sesuatu yang Anda inginkan. Gunakan teknik melihat dan menjadi. 'Melihat' adalah melihat kekuatan diri sendiri yang hasilnya dapat digunakan untuk menjadikan diri sebagaimana yang Anda inginkan. Cara untuk 'menjadi' adalah katakan pada diri Anda sendiri, "Saya akan membangkitkan kekuatan diri saya sendiri". Perkataan positif yang demikian secara sadar maupun tidak sadar dapat mempengaruhi kondisi internal Anda, yang menjadi pendorong untuk mendapatkan kekuatan pribadi yang lebih berkualitas. Visualisasikan di dalam pikiran Anda kepribadian yang ingin Anda bentuk. Identifikasikan berbagai atribut dan kualitas kepribadian yang Anda butuhkan. Evaluasi diri Anda sendiri di masa sekarang dan lengkapi diri Anda dengan atribut dan kualitas kepribadian yang belum Anda miliki. Ingatlah quit being whatever you are, quit seeing what you are, but see and be only what you are going to be! Dengan melihat keseluruhan diri sendiri, Anda dituntun untuk menjadi seseorang yang melihat dunia orang lain dengan sudut pandang yang "berbeda", sehingga Anda mampu tampil secara istimewa dan dipandang secara khusus pula oleh orang lain. Bertindaklah berdasarkan prinsip toleransi dan pengabaian yang merupakan pendukung untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik dan benar. Berusahalah membina hubungan kerjasama mutualisma yang saling menyenangkan. Utamakan hal-hal yang menarik minat bersama, tidak melupakan kepentingan sendiri, tidak berbicara dan bertingkah laku secara otoritatif, tidak terlalu banyak berbicara, dan berusaha menjadi pendengar yang baik. Perlu diingat bahwa hubungan baik tidak dapat tercapai melalui toleransi berlebihan. Sebaliknya, apabila Anda bertemu dengan orang-orang yang menganggu ketenteraman Anda, maka gunakan prinsip pengabaian. Jangan biarkan kekasaran atau ketidaksopanan orang-orang tersebut menjengkelkan Anda. Jangan pula biarkan mereka menarik Anda dalam suatu adu argumentasi yang tidak pada tempatnya. Berusahalah agar tidak melihat atau mendengar hal-hal yang tidak Anda sukai yang mereka perlihatkan di depan Anda. Dengan kekuatan yang ada Anda dapat selalu memperhatikan dan diperhatikan lingkungan sekitar Anda. Dengarkan orang lain dan peduli terhadap keberadaan mereka. Untuk lebih jauh, terapkan teknik tune them in. Kepedulian Anda terhadap orang banyak dapat mendatangkan keuntungan: Anda dan orang lain mempunyai keterikatan rasional dan keterikatan emosional, yang tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang terjadi di dalam lingkungan kerja. Dari sini Anda mampu membuat orang lain mau melakukan sesuatu untuk Anda dan selalu mengikuti Anda. from:

Jumat, 23 Desember 2011

Tubuh Sebagai Perekam Perbuatan Kita

Salah satu hal yang sangat berperan dalam upaya kita meningkatkan takwa pada Allah SWT adalah mengingat mati dan kehidupan di akhirat. Bahwa semua makhluk tanpa kecuali akan meninggalkan dunia yang sementara ini. Entah nanti, atau besok, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, kita semua pasti akan mati. كل نفس ذائقة الموت (Setiap makhluk hidup pasti akan mati). Dan kita, sebagai umat Islam memang diperintahkan untuk sering-sering ingat mati agar hidup kita menjadi baik. Nabi bersabda: أكثروا ذكر هاذم اللذات (Perbanyaklah mengingat pemutus keenakan duniawi). Selanjutnya, berkaitan dengan kehidupan di akhirat, ada dua hal utama yang harus selalu menjadi peringatan bagi kita. Pertama, bahwa hidup di dunia ini teramat sangat sementara, dan hidup di akhirat itu tiada batasnya. Andaikan saja kita dikaruniai umur panjang sampai 100 tahun, maka sebenarnya itu hanyalah sepersepuluh hari akhirat. Sebab 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. Ini didasarkan pada ayat ke-7 surat As-Sajdah yang berarti: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNYA dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu. Jadi, secara matematis masa 100 tahun di dunia = 2 jam 24 menit (menurut perhitungan akhirat). Lebih detil lagi, 1 jam akhirat = 41,66 tahun, 1 menit = sekitar 255 hari, dan 1 detik = 4,25 hari. Kedua, bahwa semua perbuatan yang kita lakukan di dunia terekam oleh tubuh kita. Kita harus tahu bahwa agama kita tidak mengajarkan apa yang sering diungkapkan orang “surgo nunut neroko katut” (ke surga numpang, ke neraka ikut). Karena yang benar adalah, orang masuk surga karena amal baiknya, dan yang masuk neraka karena kesalahannya sendiri. Sehingga ada sebuah ilustrasi (penggambaran) di dalam al-Quran surat al-Anam ayat 94. Seolah-olah ketika nanti di hari Kiamat dan kita berbondong-bondong menuju pengadilan Allah, terpampang sebuah sepanduk besar yang artinya: Dan sungguh kalian telah datang kepada kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami ciptakan kalian pada mulanya. Dan kalian tinggalkan di dunia apa yang telah Kami karuniakan pada kalian. dan Kami tiada melihat bersama kalian pemberi syafa'at yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu. Sungguh telah terputus hubungan-hubungan di antara kalian dan lenyaplah apa yang dahulu (di dunia) kalian anggap (sebagai sekutu Allah). Kita lahir di dunia dari dua garba ibu sebagai pribadi-pribadi. Tetapi kemudian kita dituntut untuk hidup yang baik. Dan kebaikan kita di dunia ini selalu diukur secara sosial. Perbuatan baik adalah perbuatan baik dalam konteks sosial. Itulah makanya manusia disebut makhluk sosial. Makhluk yang harus selalu memikirkan sesamanya. Seperti dilambangkan dalam ucapan terakhir setiap kali kita salat, yaitu assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh (semoga keselamatan dan keberkahan dari Allah senantiasa tercurah untuk kalian) sambil menengok ke kanan dan kiri. Seakan ini adalah peringatan dari Allah SWT, “Kalau kamu sudah melaksanakan salat untuk mengingatku, maka sekarang buktikan bahwa kamu mempunyai tekad baik untuk memperhatikan sesama makhluk di sekitarmu. Tengoklah kanan-kirimu karena masih banyak yang membutuhkan bantuan.” Jadi kita menjadi makhluk sosial di dunia ini. Tapi ketika kita mati nanti, dan memasuki alam kubur, kita menjadi makhluk pribadi kembali. Seluruh perbuata kita di dunia, baik dan buruk, hanya kita sendiri yang menanggung. Allah telah memperingatkan dalam surat Luqman ayat 33 yang artinya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia menipu kalian, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kalian. Pengadilan Allah sama sekali tidak menerima tebusan. Tebusan (عدل) dalam sistem hukum negara kita tidak dikenal. Makanya orang yang sedang menjalani hukuman di penjara, kalau dia mau keluar untuk sementara dia harus menyuap petugas. Istilahnya menyuap tidak menebus. Tapi di negara Inggris, sistem hukumnya mengakui adanya tebusan, atau dikenal dengan istilah bail. Di akhirat kelak, sama sekali tidak ada tebusan apalagi suap. Semuanya harus berhadapan dengan Allah sendiri-sendiri. Praktek pengadilan Ilahi di hari akhirat kelak telah dijelaskan dengan gamblang dalam surat Yasin ayat 65 yang artinya: Pada hari itu Kami bungkam mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka, sedankan kaki-kaki mereka memberikan kesaksian atas apa yang telah mereka kerjakan di dunia. Jadi, badan kita ini akan menjadi saksi. Jika mulut mencoba mengingkari suatu tuduhan dalam pengadilan Allah nanti, maka yang akan membantah adalah tangan kita sendiri, dan kaki kita akan menjadi saksi. Ini adalah peringatan yang sangat kuat yang harus selalu kita renungkan. Secara ilmiah kita bisa mengatakan bahwa badan kita ini memang bisa menjadi saksi dari seluruh perbuatan kita. Sebuah teori mengatakan bahwa sebenarnya segala kejadian di alam raya ini tidak ada yang hilang tanpa terekam. Kejadian-kejadian itu terekam di angkasa juga di dalam diri kita sendiri. Sebagai contoh dari proses perekaman ini adalah fungsi DNA (deoxyribonucleic acid) dan gen. DNA dan gen berfungsi sebagai perekam semua bentuk dan karakter/watak kita. DNA terdapat di dalam gen, gen ada di dalam kromosom, dan kromosom terdapat di dalam sel. Dan perlu kita tahu bahwa semua makhluk hidup memiliki sel. Baik DNA, gen, kromosom, dan sel, semuanya adalah benda-benda mikroskopis (yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop). Tetapi justru di dalam DNA itulah terekam seluruh informasi mengenai diri kita. Apakah rambut kita ikal atau lurus, hidung kita pesek atau mancung, watak kita penggembira atau gampang sedih, watak kita supel atau tertutup, semuanya ada di dalam benda-benda yang tak terlihat oleh mata telanjang kita. Oleh karenanya, jika al-Quran mengatakan bahwa badan kita menjadi perekam dari seluruh perbuatan kita, adalah suatu hal yang benar adanya. Karena di dalam tubuh kita ini terdapat milyaran DNA dan gen. Dan semuanya itu kelak akan berbicara pada Allah SWT melalui tangan dan kaki kita seperti dilukiskan di dalam surat Yasin ayat 65 tsb. Maka dari itu, semua ini harus menjadi peringatan bagi kita. Hidup di dunia hanya satu kali. Setiap kejadian yang kita alami hanya terjadi sekali. Bahkan setiap detik, menit, dan jam, tidak mungkin terulang lagi. Maka hendaknya kita terus berupaya meningkatkan kulaitas hidup kita secara serius. Demikian semoga bermanfaat. Ditulis oleh Ustadz Arif Hidayat, Lc on http://www.pesantrenvirtual.com/