Jumat, 31 Juli 2009

DAN SEMUA AKAN BERLALU …

Tinggallah …, dan jangan pernah berlalu Menemani asa diri ini dalam kesendirian Menemani ‘tuk sudi kiranya mengusap peluh kerinduan ini Berlabuhlah …, dan jangan hanya bersandar Ikatkan tali rindu hingga bersemayam pada jiwaku Berlayarlah dan berkembang …. ‘tuk arungi birunya kedamaian ini Tapi …, tinggallah kini Peleburan ‘sukma’ tak kan pernah berawal Penantian yang tak pernah berakhir Dan … yang tersisa …, hanyalah kisah tanpa peran Apa yang terharap … tak pernah berhadap Apa yang terangan … terbang … dan tak kan pernah hinggap Apa yang terjadi …. sirna … tak terbekas Apa yang terlalui … hanyalah fatamorgana Dan … apa sesungguhnya makna kedamaian cinta itu Angan hanyalah gumpalan waktu … Yang sempat tercecer dari singgasana nafsu Dan … apa yang tercipta dari waktu Hanyalah bisikan-bisikan kalbu yang terkelabui Hingga mata batin tak mampu untuk melihat bahwa sinar itu adalah nilai dari kebajikan Yang dekat … tak ‘kan pernah tertuju Yang jauh … tak ‘kan pernah terlampaui Yang ringan … tak ‘kan pernah terasakan Yang berat … tak ‘kan pernah terungkapkan Yang tajam … tak ‘kan pernah tergoreskan Dan … apa sesungguhnya makna dari kehidupan dan cinta itu Ketika berjumpa … tak bermakna Ketika bersama … tak berwujud Ketika berucap … tak terdengar Dan … apa sesungguhnya arti dari pertautan tali ikatan itu Dan … biarlah semua melalui Dan … biarlah semua menempuhi Dan … biarlah semua menemani Dan … biarlah semua menjalani Dan … biarlah semua menyinari Dan … biarlah semua mengelabui Dan … biarlah semua meninggalkan Dan … biarlah semua menikmati kegetirannya Oh …. para ‘semut-semut’ peneguk cinta dari para pencari cinta Hingga terbutakan dari kesejatian cinta (mahabbah) Illahi, itukah yang kita cari ?.